"Bi cucu!! itu bunganya jangan di cabutin!!" Ujar Dila kesal.
Bi Cucu adalah wanita tua berusia 55 tahun yang memiliki gangguan jiwa. hampir setiap hari kerjaannya hanya keliling Dayeuhkolot, mencabuti bunga di rumah orang, masuk kehalaman rumah orang, dan yang lebih parahnya lagi masuk kedalam rumah orang tanpa permisi. Tentu kegiatan itu membuat si pemilik rumah kesal dan marah.
Aku yang melihat tingkah Bi cucu kepada teman ku hanya bisa diam. Aku tidak tau harus berbuat apa. Tidak mungkin jika akau harus memarahi Bi Cucu, tentu saja karna Bi Cucu lebih tua dari ku dan karna Bi Cucu adalah adik dari neneku yang aku harus hormati juga.
*
Hari ini adalah hari pertamaku menjadi sebagai anggota resmi Jurnalis. Sepulang sekolah aku bersama teman sekelas ku langsung menuju perpustakaan, tempat berkumpul seluruh anggota Jurnalis. Setahuku hari ini akan ada tugas bagi bagi anggota baru, entah tugas apakah itu.
Seluruh anggota Jurnalis telah berkumpul di perpustakaan. Aku bersama teman teman seangkatan ku hanya diam dengan pikiran yang sama. Pikiran ku dan teman teman ku adalah apa tugas yang akan diberikan kepadaku dan teman teman ku.
Sekitar lima menit kemudian pembina ekskul Jurnalis pun datang. Tentu mengucapkan kata maaf dulu karna telat datang.
"Tentu kalian sudah tau, bahwa ibu akan memberi tugas untuk anggota baru," Ucap Bu Gita, yang diberi anggukan dari seluruh anggota Jurnalis.
"Tugas kalian adalah mewawancarai orang yang memiliki gangguan jiwa," lanjut Bu Gita.
"kumpulkan BESOK!" lanjut Bu Gita lagi dengan penekanan di kata 'besok'
Tentu kata terakhir itu membuat teman teman ku terkejut. 'hari gini nyari orang gila di bandung?' mungkin iu yang ada di fikiran teman teman ku. Tentu tugas itu berat bagi mereka, tapi tidak untuk ku. Karna aku sudah tau akan mewawancarai siapa. Yaa, BI CUCU.
*
Pukul 16.00 aku baru sampai di rumah ku. Sejak di jalan aku sudah berencana untuk mewawanarai Bi Cucu hari ini.
Setelah berganti baju, mengambil buku dan pulpen, aku langsung memakai sendal dan berlari menuju rumah Bi Cucu. Rumah Bi Cucu dan rumah ku hanya dibatasi satu rumah.
"Mang adeeee.." seruku memanggil suami Bi Cucu.
"Apa ,pi?" Jawab mang Ade sambil membuka pintu rumahnya.
"ada bi cucu, gak?" tanya ku.
"ada, masuk weh." balas mang ade dengan bahasa campur indonesia dan sunda.
Aku pun masuk ke rumah bi cucu dan mang ade yang lebih pantas di sebut kapal pecah.
Aku melihat Bi Cucu yang sedang duduk dan senyum senyum sendiri. Bi cucu sama sekali tidak melihat kepada ku, padahal aku menutup pintu lumayan keras.
"Ehm.." Aku berdehem supaya Bi Cucu melihat kepada ku, tapi usahaku itu tidak berhasil membuat Bi Cucu melihat kepadaku.
"Bi Cucu.." Kata ku sambil memegang pundaknya.
akhirnya Bi Cucu pun menoleh kepadaku. "Eh, neng upi." balas Bi Cucu dengan senyuman yang menurutku senyuman itu mengerikan.
"ada apa neng upi?" lanjut Bi Cucu
"eh, enggak cuman mau main sama nanya nanya aja." jawab ku. Bi Cucu hanya membalas denagn senyuman mengerikan itu lagi.
"Lagi apa Bi Cucu?" tanyaku. Aku bertanya seperti itu hanya untuk membuat Bi Cucu conect, walaupun aku tau pasti Bi Cucu gak akan conect conect.
"Lagi main sama temen temen." ucap Bi Cucu dengan tampang so imut.
Aku yang mendengar kata 'temen temen' menjadi merinding, karna di rumah itu hanya ada aku dan Bi Cucu. Mang ade sedang keluar entah kemana.
"Bi cucu apa kabar? sehat?"tanyaku lagi.
"Sehat atuh."balas Bi Cucu
"Bi Cucu baik baik aja?" tanyaku lagi.
Bi Cucu tidak menjawab pertanyaanku, Bi Cucu malah tertawa. tentu aku merasa takut, sangat takut.
aku mundur beberapa langkah dari hadapan Bi Cucu. Dn setelah itu Bi Cucu malah menangis, aku makin merasa takut sangat sangat takut. akhirnya aku keluar dari rumah itu dan langsung berlari ke rumah ku..
Setelah sampai di rumah, aku pun langsung membuat laporan wawancara dengan seadanya.
*
aku yang mendengar bel pulang berbunyi langsung memasukan buku kedalam tas. Setelah beres aku langsung menuju perpustakaan & menyerahkan laporan wawancara kepada bu Gita pembina ekskul jurnalis.
Semua anggota baru jurnalis diam di perpustakaan sambil menunggu bu gita selesai membaca laporan wawancara.
"Hasil laporan wawancara kalian memuaskan," Ucap Bu Gita. Kami semua langsung bertepuk tangan.
"Ibu harap kalian bisa terus mengerjakan tugas dari ibu dengan lebih baik lagi," Lanjut bu gita.
"Terima kasih sudah mengerjakan tugas ibu dengan baik. sekarang kalian boleh pulang, jangan lupa besok datang ke perpustakaan." Lanjut bu gita lagi.
"Baik bu." jawabku dan teman teman ku
*
Aku telah sampai di gang rumah ku. aku merasa heran karena sepanjang gang aku melihat bendera kuning terpasang di pagar rumah rumah yang se-gang dengan ku.
akhirnya aku sampai dirumahku. Aku langsung membuka sepatu dan menyimpannya di rak sepatu.
Aku membuka pintu rumahku sambil mengucapkan salam. Tidak ada yang menjawab salam ku. setelah aku cek ternyata tidak ada orang dirumah.
"Ini pada kemana sih?" ucapku sambil mengambil handphone di saku baju SMP-ku.
" Bu, dimana?" tanyaku setelah telfon diangkat oleh ibu ku.
" Di rumah bi cucu. Bi cucu meninggal." jawab ibu ku dan ibuku langsung menutup telfon dariku.
aku hanya diam.
*flash back
Malam itu selesai menulis laporan wawancara aku membaca kembali laporan wawancaraku. Setelah dibaca, laporanku sangat jelek. "ah, udah lah tambahin aja." ucap ku. aku langsung menambahkan beberapa kalimat kalimat menarik supaya laporanku menjadi lebih baik.
*
Maafkan aku bi cucu
semoga kau tenang disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar